Senin, 25 Juni 2012

Sapaan untuk sang MAHAMERU,...



Membaca sebuah blog yang mengutip tulisan soe hok gie dalam bukunya catatan seorang demonstran : "“Ngapain lama-lama tinggal di Jakarta. Mendingan naik gunung. Di Gunung kita akan menguji diri dengan hidup sulit, jauh dari fasilitas enak-enak. Bisaanya akan ketahuan, seseorang itu egois atau tidak. Juga dengan olah raga mendaki gunung kita akan dekat dengan rakyat di pedalaman. Jadi selain fisik sehat, pertumbuhan jiwa juga sehat. Makanya yuk kita naik gunung. Ayo ke Semeru, sekali-kali menjadi orang tertinggi di pulau Jawa. Masa Cuma Soeharto saja yang menjadi orang tertinggi di pulau jawa ini" membuat keinginan saya semakin kuat untuk kembali menyentuh peralatan pendakian. 
Memang sejak saya lulus, di agustus tahun 2010 lalu dan langsung menggeluti dunia pekerjaan di ibu kota, kerinduan saya akan alam dan kebutuhan saya akan udara segar semakin memuncak. Setelah beberapa bulan merencanakan perjalanan menuju gunung yang berketinggian 3676 mdpl tersebut sambil terus mencari informasi dan data yang valid tentang gunung itu di sela-sela jam kerja. Tibalah waktunya untuk mempersiapkan segala sesuatu, mulai dari logistik, perbekalan, transportasi, skema jalur pendakian, operasional kegiatan, dll.
Mulailah saya membongkar lemari dan mengeluarkan peralatan2 yang menjadi safety prosedur pendakian yang sudah cukup lama tak tersentuh itu, daaaaaann tarraaaaa, barang-barang berikut siap menemani saya selama perjalanan nanti :
1.     Carrier / Daypack + Cover
2.     Matras
3.     Sepatu tracking (lebih baik yang di atas mata kaki untuk menghindari pasir masuk ke dalam sepatu)
4.     Kaos kaki – 3 pasang  (1 untuk dipakai diperjalanan, 1 untuk tidur, 1 untuk cadangan)
5.     Gaiters
6.     Google
7.     Masker / syal (penutup hidung)
8.     Rain Coat
9.     Senter
10. Slepping Bag
11. Sarung Tangan Tidur (berbahan wol / yg hangat)
12. Pakaian ganti & pakaian tidur
13. Peralatan makan
14. Peralatan sholat
15. Peralatan mck
16. Trash bag
17. Pisau lipat
18. Sendal
19. Cemilan yang banyaaaaaaak…

Suatu perencanaan memang tidak luput dari perubahan. Seperti perjalanan menuju Semeru kali ini, awalnya kami (Saya, Ratih, dan Ceki)  merencanakan untuk pergi dengan senior kami (Kak Nahru) di Reksa Wana Bhakti a.s.a RWB. Berhubung beliau adalah senior setidaknya kami para gadis yang sangat lugu-lugu dan tidak memiliki banyak pengalaman dalam kegiatan mendaki gunung ini, merasa sedikit aman jika pergi bersamanya. Tanpa disangka-sangka sesosok bagong dan teman-temannya menghubungi ceki dan menceritakan rencananya untuk pergi ke Gunung Semeru. Well finally, kami memberikan masukan kepada bagong dan rekan – rekan untuk pergi bersama tim kami, setidaknya bagong memiliki kapasitas untuk menjadi porter yang handal,.. :p
Kami mengalokasikan waktu perjalanan nanti kira-kira 1 minggu (sudah termasuk perjalanan jakarta – malang). Kami berencana untuk menggunakan jasa kereta api ekonomi menuju kota malang, selain lebih irit kereta api ekonomi juga,… lebih irit,. Yaaa hanya itu alasan kami menggunakan jasa kereta api, berhubung moto kami saat itu adalah “kesenangan itu tidak harus mahal dan jika mahal berarti kami tidak senang” (peliiittttttttt-red).
 Di tengah persiapan pendakian tersebut, ternyata kami terbentur tanggal keberangkatan. Kak Nahru yang saat itu masih menjadi pegawai baru di kantornya belum bisa mengambil cuti untuk jangka waktu yang lama, akhirnya kak naru memutuskan untuk berangkat bersama tim lain dengan menggunakan transportasi bis menuju malang yang (katanya) bisa lebih cepat dibandingkan dengan kereta api, dan tentunya lebih nyaman.
Hari H pun tiba, kami berencana untuk berkumpul di satu titik sebelum berangkat bersama – sama menuju stasiun jatinegara. Kami sepakat untuk berkumpul di rumah Ratih, di jatiwaringin, pondok gede – bekasi hari itu. Sambil menunggu kedatangan yang lainnya, kami melakukan pemerataan beban perorang (perlu saya pertegas : rata bukan berarti adil, dan adil bukan berarti rata). Akhirnya seluruh tim berkumpul, fiks lah yang tergabung dalam tim itu adalah saya, ratih, ceki, bagong, pelo, dan emje. Setelah seluruh peralatan dan perbekalan ter-packing rapih di dalam carrier dan daypack (*maut), dengan semangat kemerdekaan 45, kami menuju stasiun jatinegara.


Sampai di stasiun jatinegara kita membeli karcis kereta matramaja seharga Rp.51.000,-/org. Keberangkatan kereta ekonomi Jakarta - malang itu, ada setiap 1 kali sehari, jika tidak ada “delay”, kereta tersbeut berangkat pada pukul 14.00 dari st.jatinegara dan akan tiba di stasiun malang pada pukul 07.41 di hari berikutnya. Sudah menjadi konsekuensi bagi pengguna kereta api matramaja untuk siap "berdesakan", dan hal tersebut cukup kami nikmati. Beruntung, kami bisa mendapatkan tempat duduk, walaupun sebelumnya kami harus berdebat dengan orang-orang yang terlebih dulu sudah naik dari stasiun senen dan mengakuisisikan bangku2 kami tersebut. Namun ketika diminta oleh petugas karcis untuk memperlihatkan karcisnya, mereka justru lebih memilih untuk berdiri dan mencari kursi kosong lainnya. (Aaah lumrah saja, mereka bisa naik tanpa membeli karcis, ini kan Indonesia...)
 Pagi harinya kami dibangunkan dengan ramainya penjual nasi – ayam – nasi – ayam, cangcimen, sewu adem, dll. Di awali dengan salah satu anggota tim kami yang mencoba membeli satu bungkus pecel dan nasi ayam. Well, ternyata rasanya lumayan enak, ditambah dengan kondisi kami yang lapar, rasanya meningkat menjadi enak sekali. Akhirnya, kami semua memutuskan untuk membeli sarapan di kereta dan tidak menyentuh perbekalan yang kami bawa.  
Sesampainya di stasiun malang, kami mulai bersosialisasi dengan penduduk sekitar, kami menanyakan akses tercepat, termudah dan terhemat menuju gunung semeru, berhubung warga kota malang, khususnya yang tinggal di wilayah sekitar stasiun sudah cukup berpengalaman menangani para pendaki-pendaki semacam kami, mereka dengan sigap mengantarkan kami ke supir angkot yang akan mengantarkan kami ke pasar tumpang, disana (konon kabarnya) terdapat jeep yang dapat kami sewa untuk menuju ranu pane. Ongkos angkot dari st. Malang ke pasar tumpang kurang lebih Rp. 8000/org.

Di pasar tumpang kami mendapatkan informasi bahwa untuk para pendaki yang akan mengurus ijin pendakian, harus membawa surat keterangan sehat dari dokter, dan,. kami belum mempersiapkan hal itu, namun kekhawatiran kami tidak berlangsung lama, karena di pasar tumpang terdapat puskesmas terdekat untuk mengurus surat keterangan sehat. Alhamdulillah seluruh tim dinyatakan sehat dan dapat melaksanakan pendakian.
Segera setelah kami mengurus surat keterangan sehat, kami menyewa jeep, untuk mengantar kami ke ranu pane, beruntung kami mendapatkan teman satu rombongan untuk menyewa jeep, sehingga harga jeep bisa lebih murah, jika dihitung perkepala, kami menyewa jeep seharga Rp. 34.000/org. Kurang lebih setengah jam di awal perjalanan menuju ranu pane, kami berhenti untuk mengurus perijinan di pos jagawana bromo tengger semeru. Disana kami benar-benar menanyakan perihal status siaga gunung semeru yang belakangan ini santer terdengar dan menjadi hot news di seluruh media dan surat kabar, cukup menenangkan ketika bapak petugas yang melayani kami berkata bahwa gunung semeru memang setiap harinya mengalami status siaga, mengingat gunung semeru adalah gunung api aktif, dan masih rutin menyemburkan asap. Agar lebih meyakinkan diri dan menghilangkan sedikit kecemasan saya, saya kembali menanyakan apakah masih aman untuk mendaki saat itu, dan petugas tersebut mengatakan, pendakian masih dinyatakan aman untuk dilakukan namun hanya di ijinkan sampai kalimati saja. selebihnya jika para pendaki tetap melakukan pendakian menuju puncak, maka resiko selama perjalanan tersebut tidak ditanggung oleh jagawana BTS. Well done !
Adapun selama proses perijinan yang harus disiapkan selain surat keterangan sehat dari dokter untuk masing-masing pendaki adalah : fotokopy KTP. Sedangkan, untuk memperoleh surat ijin pendakian diperlukan biaya administrasi sebesar : Rp. 10.000/10 orang, karcis masuk : Rp. 5.000/orang, Penginapan Rp. 20.000/tenda, dan dokumentasi Rp. 5.000/kamera. Kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berada di Jl. Raden Intan no 6, Malang 65100. Telp : 0341-491828.  
Setelah memperoleh surat ijin pendakian dari jagawana BTS, perjalanan kami lanjutkan menuju ranu pane. Perjalanan menuju ranu pane menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam dengan menggunakan jeep yang cukup meningkatkan adrenalin. Saya, pelo, bagong dan emje memilih di belakang, sedangkan ratih dan ceki mendapat tempat istimewa di depan bersama pak supir. karena jalur yang cukup ekstrem kami memilih berdiri untuk menjaga keseimbangan, selain itu dengan berdiri, kami dapat menikmati pemandangan yang terhampar sepanjang perjalanan dengan baik. 
Ranu pane, menyambut kami dengan belaian dingin ke pipi saya (satu hal yang paling saya suka, ketika pipi saya mulai disentuh dinginnya udara pegunungan :) ), disana terdapat beberapa rumah warga, disana juga kami harus mengurus kembali perijinan dan menceklist perlengkapan dan logistik yang kami bawa. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan evakuasi jika,.. (*naudzubillahiminzalik,..) salah satu atau seluruh tim pendaki hilang. berhubung kami sampai di ranu pane hampir maghrib, maka kami memutuskan untuk bermalam di ranu pane. Para tim lainnya pun memutuskan hal yang sama. Beberapa dari mereka memilih untuk menginap di warung-warung sekitar. Kami memilih menempati salah satu bangunan rumah, yang kosong, entah itu milik siapa, kami rasa itu sengaja di kosongkan untuk menampung para pendaki yang ingin bermalam disana tanpa harus membangun tenda. Walaupun kami tidur di dalam rumah (yang tidak berpintu) kami sama sekali tidak mendapatkan kehangatan yang kami perkirakan, rasa dingin justru semakin menusuk ke tulang, terlebih kami harus berbaring di keramik,. dan sleeping bag plus matras tetap tidak membantu,.. >,<
Pagi itu, ranu pane masih diselimuti kabut, saya, ceki dan ratih memberanikan diri pergi ke musholah terdekat untuk solat subuh, perlu waktu lama  mempersiapkan mental untuk menyentuh air di musholah tersebut, berpikir berulang kali, membaca doa, dan dengan gegap gempita seketika segera saya membasuh muka, tangan dan melakukan ritual wudhu seperti biasa. karena saking dinginnya, air tersebut justru terasa panas,.. wow,. itu saya sebut "keterbalikan akumulatif maksimalis"
Setelah sarapan secukupnya, kami membereskan barang-barang untuk memulai pendakian. Perjalanan kali itu benar - benar kami nikmati, karena mahameru menyajikan pemandangan yang sangat luar biasa,... beberapa kali kami bertemu para pendaki dari berbagai organisasi. Track mahameru menuju ranu kumbolo cukup bersahabat, track yang landai, cuaca yang cerah,.. aaaah what a wonderful journey !!,.  kira-kira saat di pos satu kami sempat berhenti untuk istirahat, pelo sempat menitipkan "pupuk alami" yang diproduksi oleh pencernaannya siang itu, *semoga bermanfaat. Setelah melewati beberapa perbukitan, kira-kira pukul 17.30 kami sampai di ranu kumbolo, sebuah danau diatas ketinggian 2400 mdpl. Setelah mendirikan tenda yang menyempil diantara tenda-tenda pendaki lainnya kami memasak dan makan malam di depan kedamaian ranu kumbolo, malam itu langit cerah, hei,.. hampir bulan purnama ternyata, dan jajaran bintang terhampar, aah sayang saya tidak memahami mengenai bintang dan rasi-rasi nya, yang jelas,. malam itu.. Indah,..
Sebelum berangkat tidur, kami sempat melirik ke belakang tenda, tanjakan cinta sudah siap menanti kami, besok kami akan bercengkrama dengan track nya... *welcome to mama..
Kata bagong, ada mitos yang menyebutkan, jika kita mendaki tanjakan cinta tanpa berhenti dan tidak menengok ke belakang sambil memikirkan orang yang kita cintai, maka orang tersebut bisa menjadi jodoh kita di kemudian hari,.. entah benar atau tidak, tetapi saya berhasil mendaki tanjakan tersebut tanpa berhenti dan tanpa menengok ke belakang,.. (wow,.. we’ll see it). Pada dasarnya jika dilihat dari bawah, track tanjakan cinta tidak terlalu "horor", namun entah kenapa ketika kita berada dalam jalurnya, memang rasanya track tersebut ,.. "ruar biasa". Sampai di puncak tanjakan cinta kami berhenti sebentar untuk berisitirahat, melepas dahaga dan mendokumentasikan raut lelah para anggota tim. 

Kami kembali melanjutkan perjalanan, sebelum keringat berhenti menetes, tidak berapa lama kami menelusuri jalan setapak, kami memasuki wilayah oro-oro ombo, sebuah savana luas yang sungguh melapangkan dada ketika melihatnya, sungguh besar ciptaan Allah SWT, kemudian track selanjutnya adalah cemoro kandang yang artinya hutan cemara dan kembali kata itu terucap dari mulut kami "indah"  





kami sampai di kalimati yang berada pada ketinggian 2700 mdpl, kurang lebih pada pukul 16.00, persediaan air kami habis, berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari pendaki lainnya, di wilayah kalimati terdapat mata air jika kita berjalan ke arah barat kurang lebih 1 jam perjalanan pulang pergi. Saya dan bagong memutuskan untuk mengambil air, sementara teman-teman yang lain mempersiapkan tenda dan makan malam. Jalur menuju mata air tersebut berupa cekungan kering yang berisikan bebatuan yang besar-besar, dan beberapa pohon yang tumbang, mungkin inilah sebabnya mengapa dinamakan kalimati (kali yang mati). Saya dan Bagong sampai di mata air tersebut, setelah berjalan kurang lebih 45 menit, air yang keluar dari dinding tebing setinggi 1 meter itu cukup segar *sangat, rasanya pun berbeda dengan air yang ada di ranu kumbolo, mungkin karena air dikalimati belum tercemar sama sekali dan langsung dari mata air paling atas di gunung tersebut (sok tau)... tapi yakinlah, di ranukumbolo sudah banyak sampah,. hiks..  :'( . 
kami kembali ke tenda dengan membawa 3 botol air (@1,5 lt) dan 2 botol air (@800 ml) itulah persediaan air kami sampai kami kembali lagi ke ranu kumbolo. Setelah makan malam, kurang lebih pada pukul 19.00 wib kami mempersiapkan diri kami masing-masing untuk segera tidur, kami sengaja untuk tidur lebih awal dan tidak lagi main kartu, agar kami bisa bangun pada pukul 23.00 wib untuk segera melaksanakan summit attack, seluruh persiapan summit attack sudah kami pakai saat tidur malam itu, bahkan saya sudah memakai gaiters baru saya dan masker saat tidur, namun karena saya merasa pernafasan saya sedikit terganggu didalam tenda yg sempit tersebut, akhirnya masker tsb dengan berat hati terpaksa saya lepaskan.  Perbekalan yang diperlukan pun sudah kami packing pada satu daypack. Dan tidak lupa seluruh tim men-set alrm pada HPnya masing-masing dengan volume dering tak terhingga. 
Sayang sekali sepertinya salah satu anggota tim kami (Ratih) malam itu tidak dapat tidur senyenyak saya, karena mungkin terlalu excited, seperti anak TK yang akan pergi studi tour ke Dufan. Seluruh tim sangat excited untuk summit attack, termasuk saya, hal tersebut membuat saya bangun mendahului ketepatan waktu alrm yang saya set sebelumnya. saya bergegas keluar tenda dan membangunkan para pria2 tersebut, bagong cs. Salah satu hal terberat jika sedang "menginap" di gunung adalah membuka sleeping bag, dan memaksa diri untuk keluar dari kehangatan tenda tengah malam, dimana suhu dingin hampir berada pada puncak tertingginya,  brrrrr,.. namun untuk Mahameru tercinta - "aku pada mu"
Setelah seluruh tim siap, kami menuju jalur summit attack, karena mungkin malam hari dan gelap, membuat track yang cukup terjal tidak terlihat dengan jelas, sehingga mental tidak terlalu jatuh untuk mengawali pendakian. Kurang lebih sekitar 3 jam perjalanan kami sampai di Arcopodo, ini merupakan vegetasi terakhir sebelum puncak *well hal itu terdengar menyenangkan,. 



Tak lama setelah Arcopodo kami sampai di cemoro tunggal (dulunya disana ada satu pohon cemara yang merupakan pohon cemara terakhir ditemui pada jalur, sebelum menuju puncak mahameru yang seluruh jalurnya adalah pasir, bebatuan dan kerikil). Kendala yang dihadapi berikutnya adalah track yang benar-benar berpasir sehingga cukup mengganggu pernapasan jika tidak memakai masker, lebih baik berjalan paling depan sehingga tidak ada debu yang berterbangan ke muka, karena jejak orang di depan kita. Beberapa kerikil dan pasir juga memungkinkan untuk masuk dan bersarang di dalam sepatu, yang dapat membuat lecet kaki para pendaki, karena itu, sangat disarankan untuk memakai sepatu track diatas mata kaki dan memakai gaiters warna merah (karena merah adalah warna favoirit saya). Tak terasa kami sudah dapat melihat bayangan dari diri kami masing-masing. Matahari sudah mulai menyapa kami, saya sempatkan untuk solat subuh di jalur, karena menurut saya tidak akan terkejar untuk solat subuh di puncak.
Puncak masih terlihat cukup jauh, sementara itu, salah satu anggota tim kami, ratih meminta untuk kembali lagi ke tenda - ia menyatakan tidak dapat meneruskan pendakian, oow.. akhirnya setelah bermusyawarah bagong dan pelo memutuskan untuk menemani ratih, sementara saya, ceki dan emje memutuskan untuk meneruskan perjalanan. Ketika anggota tim berkurang, rasanya semangat pun mulai memudar. Sekuat tenaga saya kembali mengumpulkan sisa -sisa semangat. teringat kakak laki-laki saya mengatakan bahwa "ga sembarang orang bisa mendaki mahameru, hanya orang-orang terpilih yang bisa melakukannya". Hati saya mulai menciut saat itu, benarkah saya tidak termasuk orang-orang yang terpilih itu,...   

 Well, tampaknya ini bukan happy ending stories, kurang lebih 100 m sebelum puncak dan kami sudah dapat melihat orang yang berada di puncak, sementara waktu sudah menunjukan pukul 10.00 wib, itu berarti jika ingin selamat segeralah untuk kembali turun, dan jarak 100 m dapat ditempuh dalam waktu 1 jam perjalanan di jalur berpasir tersebut. dengan berat hati akhirnya kami menyusul Ratih, Bagong, dan Pelo kembali ke tenda. hiks,.. *guling-guling. Waktu yang kami perlukan untuk turun lebih cepat setengah kali dibandingkan waktu mendaki. Kami menyukai debu debu yang berterbangan tinggi karena jejak kami. Setengah berlari dan sambil bermain dengan debu kami menikmati perjalanan kami menuju tenda di kalimati. 

Kami sampai di tenda, dan taaarrrraaaaaa,.. makanan sudah siap sedia, yang dimasak oleh Ratih, Bagong dan Pelo, sementara itu kami dapati mereka sedang tertidur pulas. setelah makan kami pun merebahkan diri, hangatnya kalimati saat itu sungguh membuat tidur kami bertambah  nyenyak   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Walaupun energi kami sudah terisi kembali, sebenarnya kami tetap enggan meninggalkan kalimati, karena itu adalah base terdekat dari puncak mahameru, kami enggan untuk beranjak dari keindahan dan keanggunannya. Namun apa mau dikata, waktu tidak dapat bernegosiasi, hari semakin sore, kami terpaksa mempacking barang-barang kami, dan bersiap untuk menuju ranu kumbolo kembali. Pada lirikan terakhir, saya melihat dengan anggunnya Mahameru disinggasananya, kokoh, tegar dan menjanjikan kami untuk singgah di puncaknya, suatu hari... #amin-suatu hari.
Sesuai perkiraan kami melewati pergantian senja menuju malam di oro-oro ombo, Padang luas tersebut megah sekali malam itu, melapangkan hati kami, angin malam di padang itu menghapus kesedihan kami,  membisikan kenangan terindah, sungguh Indah. Kami sengaja tidak terlalu bergegas sekalipun hari semakin gelap, semakin jauh langkah kami meninggalkan puncak mahameru, kami justru merasa semakin berat. kami ingin menikmati setiap jejak langkah kami. Cukup malam kami sampai di ranu kumbolo, beberapa tenda sudah terpasang disana, tenda2 tersebut adalah pendaki yang mungkin akan naik besok pagi atau mereka yang akan turun, sama seperti kami. kami lalu bergabung bersama mereka, terhanyut dalam kedamaian ranu kumbolo yang indah.
Pagi itu, dengan butiran-butiran es yang menempel di atas tenda kami, dengan kabut yang masih merapat di permukaan danau dan kemudian merambat menaiki bukit-bukit disekitar danau, meninggalkan danau yang memantulkan bayangan perbukitan sekitarnya dengan sempurna laksana cermin, dan segelas kopi panas yang dibuat oleh ceki, pagi itu, sempurna!. Tepat hari itu adalah hari bersejarah dalam hidup Bagong, sungguh beruntung, ia mengawali hari pertama di usia ke - 23 tahunnya bersama tim yang sangat kompak, solid, setiakawan, dan rajin menabung, di Ranu Kumbolo, maka kami sebagai tim yang sangat kompak, solid, setiakawan dan rajin menabung dengan segenap kemampuan kami ingin menyenangkan hatinya dengan membuat suatu momen spesial yang tidak akan terlupakan. "clup" kemudian kami kami memasukan bagong ke dalam danau yang airnya dingin seperti air yang keluar dari dalam kulkas yang dimasukan kedalam segelas es batu, sungguh setelah itu dari hati kami yang paling dalam kami menyesal, karena kami mencemari air ranu kumbolo oleh sebongkah bagong. *selamat ulang tahun Muh' Tole Fikri. :) wish you all the best. !!!! *ketjhup

Dan, perlu diingat wahai bagong : dalam catatan harian seorang soe hok gie, ia menuliskan,.. “seorang filsuf yunani mengatakan bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda dan yang tersial adalah umur tua – rasanya memang begitu, bahagialah mereka yang mati muda”,.. So... bagong pilih yang mana ??? hehe. 

Sabtu, 23 Juni 2012

tak selaras,..

ingin mereguk kebahagiaan itu, namun aku tahu jelas - jelas aku telah meninggalkannya,.
terputus sayap yang sudah mengepak,. hampir tinggi harapan ini
namun takdir tak mengizinkannya untuk terus meninggi,...
mungkin cinta tidak pernah berbohong,. tapi takdir tak selaras dengan janji

mei 2012