Senin, 28 Oktober 2013

Pas lagi nyiapin bahan ajar,.. tiba tiba dapet informasi baru, check this out :


KECANDUAN CINTA

Istilah kecanduan cinta mungkin bukan Istilah yang umum terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alcohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meski pun “barang” nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun juga. Jistru dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa seseorang. Buktinay, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban maupun pelaku sama-sama tidak menyadarinya. Disini, akan dibahas sedikit hal-hal yang berkaitan dengan kecanduan cinta.

Kecanduan Psikologis
Di dalam masyarakat sudah banyak sekali kesalahan dalam mempersepsi atau mengartikan cinta dengan  cinta yang bersifat candu. Berbagai film, sinetron, atau pun lagu-lagu turut andil dalam menyerukan kondisi kecanduan cinta dengan cinta sejati. Akibatnya, banyak orang terjebak dalam pengertian yang keliru antara kecanduan cinta dengan cinta sejati. Contoh ekstrimnya, ada orang yang bunuh diri karena ditinggal pergi kekasih, dan orang menilai bahwa cerita ini mencerminkan cinta sejati.

Tanda-tanda
Pada umumnya individu yang memiliki kecanduan cinta menunjukkan tanda-tanda :
1.        Adanya pikiran obsesif, misalnya terus menerus curiga akan kesetiaan pasangan, terus menerus takut ditinggalkan pasangans ehingga selalu ikut kemanapun perginya sang kekasih/pasangan.
2.        Selalu menuntut perhatian dari waktu ke waktu, tanpa ada toleransi dan penegrtian.
3.        Manipulatif, berbuat seuatu agar pasangan mengikuti kehendaknya/memenuhi kebutuhannya, misalnya : mengancam akan memutuskan hubungan jika mementingkan hobinya.
4.        Selalu bergantung pada pasangan dalam segala hal, apapun juga, mulai dari meminta pendapat, mengambil keputusan sampai dengan memilih warna pakaian.
5.        Menuntu waktu, perhatian, pengabdian, dan pelayanan total sang kekasih/pasangan. Jadi pasangan tidak bisa menekuni hobinya, jalan-jalan dengan teman-teman sekelompoknya, atau bahkan memberikan sebagian waktunya untuk orang tua/keluarga.
6.        Mengguanakn sex sebagai alat yang mengendalikan pasangan
7.        Menganggap sex adalah cinta dan sarana untuk mengekspresikan cinta
8.        Tidak bisa memutuskan hubungan, meski merasa amat tertekan karena berharap pada janji-janji surga pasangan
9.        Kehilangan salah satu hal terpenting dalam hidup, misalnya pekerjaan atau keluarga inti demi mempertahankan hubungan

Jadi, tidak ada istilah “puas” dalam setiap hubungan yang terjalin antara orang yang kecanduan cinta dengan pasangannya.; ibaratnya seperti mengisi gelas bocor yang tidak pernah bisa penuh jika diisi, karena begitu airnya dituang lantas langsung keluar lagi dan airnya tidak pernah luber. Demikian juga orang kecanduan cinta, mereka tidak pernah mampu membagikan cinta secara tulus pada orang lain karena selalu merasa kehausan cinta. Oleh sebab itu, banyak diantara mereka sering berganti pasangan karena merasa harapan mereka tidak dapat dipenuhi sang kekasih. Padahal, meski puluhan kali mereka berganti pasangan, individu yang kecanduan cinta akan sulit membangun hubungan yang stabil dan abadi. Sayangnya banyak dari  mereka yang tidak sadar, bahwa sumber masalah justru ada pada diri sendiri. Mereka lebih sering menyalahkan mantan-mantan kekasihnya/pasangannya.

Penyebab
Sebenarnya kecanduan cinta itu adalah kecanduan yang bersifat psikologis karena tidak terpenihinya kebutuhan psikologis (seperti kasih saying, perhatianm kehangatan dan penerimaan seutuhnya) di masa kecil. Menurut Erik Erikson, seorang pakar perkembangan psikososial, orang yang pada masa balitanya tidak mengalami hubungan kelekatan emosional yang stabil, positif dan hangat dengan lingkungannya (baca : orang tua dan keluarga), akan sulit mempercayai orang lain , bahkan sulit mempercayai dirinya sendiri. Awlain itu trauma psikologis yang pernah dialami seperti penyiksaan emosional dan fisik pada usia dini, atau menyaksikan sikap dan tindakan salah satu pada orangtua yang agresif dan kasar terhadap pasangan, dapat mengahmbat proses kematangan identitas kiepribadian dan kestabilan emosinya. Pemandangan dan pengalaman tersebut kelak berpotensi mempengaruhi pola interaksinya dengan orang lain. Keterbatasan respon/perhatian dari lingkungan pada waktu itu, dipersepsi olehnya sebagai suatu bentuk penolakan; dan penolakan itu (menurut pemahaman seorang anak) disebabkan kekurangan dirinya. Nah, pada banyak orang, masalah ini rupanya tidak terselesaikan dan akibatbya, sepanjang hidup ia berjuang untuk mengendalikan lingkungan atau orang-orang terdekat supaya selalu memperhatikannya. Orang demikian berusaha membuat dirinya diterima dan dimiliki oleh orang lain, meski harus mengorbankan diri. Orang ini begitu cemas dan takut jika kehilangan orang yang selama ini memilikinya; karena pasangan “dimiliki” ini identik dengan harga dirinya. Dan sebaliknya ia akan kehilangan harga diri jika kehilangan pemilik.

Dampak
Akibat kecanduan cinta bisa dirasakan secara langsung oleh yang bersangkutan, karena orang itu tidak dapat menikmati hubungan yang terjalin karena pikiran dan perasaannya selalu diliputi ketakutan. Dan tidak jarang metakutan tersebut makin tidak rasional dan melahirkan tindakan yang tidak rasional pula, misalnya tidak memperbolehkan pasangannya pergi kerja karena takut direbut orang.

Bagi individu bersangkutan
Akibat jangka menengah  dan jangka panjang adalah individu yang bersangkutan akan berada dalam kondisi emosi yang labil dan menjadi terlalu sensitive. Individu tersebut mudah curiga pada teman, sahabat, kegiatan, pekerjaan, bahkan keluarga pasangannya. Selain itu ia menjadi mudah marah, cepat etrsinggung dan bagi sebagian orang bahkan ada yang bertindak agresif dan kasar demi mengendalikan keinginan dan kehidupan pasangannya. Pasangannya tidak diijinkan untuk punya agenda tersendiri; pokoknya harus mengikuti keinginannya dan 100% memperhatikannya. Individu tersebut juga mudah merasa lemas. Pasalnya, seluruh energinya sudah dipergunakan untuk mengantisipasi ketakutan yang tidak beralasan dan melakukan tindakan untuk menjaga pertahanannya. Nah, kehidupan demikian membuat dirinya menjadi manusia tidak produktif. Sehari-hari yang dipikirkan dan diusahakan hanyalah bagaimana supaya “miliknya terjaga”.

Bagi pasangan
Banyak orang yang tidak sadar kalau dirinya terlibat dalam pola hubungan yang addictive sampai akhirnya ia merasa stress, tertekan namun tidak berani/takut/tidak berdaya untuk memutuskan hubungan yang sudah berjalan beberapa waktu. Bagi sebagian orang yang cukup sadar dan mempunyai kekurangan pribadi, ia akan berani mengambil sikap tegas dan menentukan arahnya sendiri. Namun, banyak pula orang yang memilih untuk tetap dalam lingkungan  demand supplay tersebut karena ternyata dirinya sendiri juga mengalami masalah dan kebutuhan yang sama. Jika demikian halnya, maka hubungan yang ada bukannya mengembangkan dan mendewasakan kedua belah pihak, namun malah semakin memperkuat ketergantungan cinta keduanya. Situasi inilah yang sering dikaburkan dengan hubungan yang romantis dan cinta buta.

Penanggulangan
Menurut para ahli psikologi dan kesehatan mental, salah satu syarat utama untuk dapat menjalin hubungan yang sehat dan sekaligus menjalani kehidupan yang produktif adalah mempunyai kesehatan mental yang sehat dan identitas diri yang solid. Kondisi positif demikian akan menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat sehingga orang tersebut tidak membutuhkan dukungan dan pengakuan orang lain untuk memperkuat sense of self-nya. Jadi, untuk mengembalikan seseorang pada bentuk hubungan  yang sehat, langkah awal yang diperlukan adalah memperkuat pribadinya terlebih dahulu. Dengan meningkatkan sumber kekuatan psikologis secara internal, akan mengurangi ketergantungannya pada kekuatan eksternal. Orang itu harus merasa aman dan percaya dengan dirinya sendiri untuk bisa merasa aman dalam setiap jalinan hubungan dengan orang lain. Ada kalanya, orang-orang demikian membutuhkan bantuan para professional untuk membimbing dan mengarahkan mereka membangun pribadi yang positif.


Hmm,. ternyata bisa menjadi masalah yang cukup rumit,...